juga dipublish di ffn by Phocut
Nothing Like Us
Meski aku tak dapat
memiliki mu di kehidupan ini, aku berjanji akan menunggu mu. Menunggu dimana
kita dapat hidup bahagia bersama.
Genre : Romance, Hurt/Comfort,
Rating : T
.
.
Warning : Typoable like always, Boys Love, Dan
banyak kekurangan disana sini.
.
.
Desclaimer : HaeHyuk murni bukan
milik saya. Namun, jalannya cerita sepenuhnya milik saya.
.
.
Disarankan sambil
mendengarkan JB-NothingLikeUs
.
.
.
Tak sedikit waktu yang
kubuang untuk. Berpikir tentang mu. Tentang kita, kau dan aku. Merenungi semua
yang telah kita lalui. Semua kenangan yang kita tulis bersama. Semua kenangan
manis yang membuatku selalu ingin bersamamu. Ingin memilikimu. Menjadi pendamping
hidupmu hingga akhir.
“Hae~”
Namja manis itu datang. Memeluk memeluk namja tampan yang duduk di bangku
taman. Namja yang menunggu kehadirannya.
“Hei
baby... Kemana saja hmm?” Tak sedikit pun nada marah yang tersirat dalam ucapan
namja tampan itu. Meski pada kenyataannya hampir separuh siang ia habiskan
menunggu sang kekasih.
“Mianhae...
Maafkan aku membuatmu menunggu lama. A-aku.. Tadi appa-“
“Sudahlah”
Namja tampan itu memeluk sang kekasih. Membenamkan wajah sang namja manis di
dada bidangnya. Tak ingin membuat mutiara nya menangis.
“Aku
mengerti baby. Uljima ne?” matanya terpejam. Ia mengusap punggung namja manis
bersurai caramel itu.
“Cha!
Ayo kita pergi!” Namja tampan melepaskan pelukannya pada namja manis. Ia
mengecup lembut kedua mata namja manis.
Sang
pujaan hati tersenyum, ia menggandeng lengan namja tampan erat. Seolah jika ia
akan lenyap jika melepaskan gandengannya.
“Aku
ingin susu stroberi. Bolehkah?” Tanya namja manis.
Sang
namja tampan menolehkan kepalanya. Ia tersenyum menampilkan angelic smile nya.
“Anything
for you baby” Namja tampan itu mengecup singkat bibir sang namja manis.
Namja
manis itu merengut. Ia mencubit pinggang sang namja tampan. Yang dibalas
kekehan kecil dan acakan pada rambut nya.
Sejujurnya semua ini
sangat menghancurkanku. Aku terpuruk karna keputusanmu. Terlalu berat untuk
melepaskanmu. Namun tak ada yang dapat kulakukan untuk menghalangi mu. Aku tak
dapat terlelap setiap malamnya. Ucapanmu tiada hentinya berputar di kepalaku.
Melewati seluruh saraf di tubuhku dan kembali ke tempat awal ia berjalan.
Membunuhku perlahan dengan bisa yang dikandungnya.
“Aku
ingin kita mengakhiri ini”
Namja
manis itu menunduk. Ia menumpukan beban tubuhnya pada pegangan dinding
pembatas. Berusaha memegang teguh keyakinannya.
Sementara
sang kekasih membelalak, menatap tak percaya sekaligus kecewa yang mendalam
pada sang namja manis. Bibir nya kelu, ia terdiam beberapa saat.
“K-kau
bercanda.. kan? Baby?”
Namja
tampan itu terpaku memandang lawan bicaranya. Hati nya bergetar. Tangannya
mengepal erat menahan gejolak yang segera memuncak. Berharap bahwa apa yang
diucapkan sang namja manis hanya sebuah lontaran candaa tanpa arti lebih. Meski
ia tahu tak sedikit pun lawannya tengah membuat candaan.
“Kita
tak mungkin melanjutkan semua ini Hae”
Namja
manis itu melanjutkan ucapannya. Suara nya parau. Terlihat jelas ia menggigit
bibir bawahnya. Berusaha meredam isakannya untuk keluar.
Namja
tampan itu menggeleng. Ia tertawa getir. Semudah ini kah ia melepaskannya?
Setelah selama ini?
“Haha..
Katakan jika ini lelucon. Katakan jika ucapan mu itu bohong Hyuk”
Namja
manis itu hanya bergeming, ia terdiam ditempatnya. Sang namja tamoan
membalikkan tubuh namja manis. Ia memegang pundak sang pujaan erat. Mengguncangnya
keras.
“JAWAB
AKU LEE HYUKJAE!”
Jatuh
sudah pertahanan Eunhyuk. Air mata yang sedari tadi ditannya mengalir deras.
Beranak pinak di pipi mulusnya. Hanya gelengan lemah yang menjawab Donghae.
Donghae
menarik Eunhyuk ke dalam pelukannya. Memeluknya erat.
“Kenapa?
Kenapa kau lakukan ini Hyuk?! Apa salah ku?”
bisik Donghae.
“Mereka
menentang kita. Mereka menganggap ini sebuah kesalahan. Tak ada yang menerima
kita Hae”
Donghae
semakin mengeratkan pelukannya. Membuat kemejanya basah akan air mata Eunhyuk
yang tak habisnya mengalir.
Eunhyuk
mencengkram kemeja depan Donghae. Ia melepaskan pelukan Donghae secara paksa.
“Aku
tak peduli dengan mereka Hyuk. Yang kupedulikan hanya kau. Kau hidupku. Kau
yang paling berharga untukku. Persetan dengan mereka semua! Mereka tak akan
pernah mau mengerti!”
Donghae
meninggikan suaranya. Ia menatap Eunhyuk putus asa. Eunhyuk mengecup bibir
Donghae. Ia memejamkan matanya sejenak. Setelahnya ia menatap mata Donghae.
Eunhyuk
memaksakan bibirnya melengkung keatas, menampilkan deretan gigi putihnya. Meski
sangat jelas betapa dipaksakannya senyum itu.
“Maafkan
aku”
Eunhyuk
berlari. Ia melangkahkan kakinya secepat yang ia bisa. Menyeka aliran air
dipipinya yang kian semakin deras seiring langkahnya. Meninggalkan Donghae
sendirian disana. Tak peduli namanya yang berulang kali diteriakkan Donghae. Ia
hanya berdoa semoga keputusan yang diambilnya benar.
Donghae
terjatuh ditempatnya berdiri. Air mata mengaliri wajahnya.
“ARRGGKKKHHH”
Donghae
berteriak frustasi. Ia memukul lantai di sampingnya. Tangannya terluka, bercak
darah tampak di persendiannya. Namun hatinya jauh lebih terluka. Ia menekuk
lututnya. Membenamkan kepalanya dilipatan kakinya, dengan dada yang sesak.
Aku tak akan bisa
melupakanmu. Aku tak akan bisa mencintai orang lain selain dirimu. Tak ada
seorangpun mampu menggantikan dirimu dihatiku. Kau tahu tak seorang pun dapat
membuatku jatuh. Sedalam aku jatuh padamu.
Dulu au pernah memiliki
sebuah angan. Dimana kita dapat hidup bersama. Membangun keluarga kecil yang
bahagia. Meski pada akhirnya itu hanya akan menjadi sebuah kisah sebelum tidur.
Mimpi yang tak akan pernah terwujud.
“Kau
tahu Hyukjae-ssi ? Kau sukses membuatku depresi Hyuk. Dua minggu setelah kau
meninggalkanku kau menikah dengan orang lain. Haha.. Aku tak mempercayai hal
ini”
Eunhyuk
tersenyum miris. Ia bersandar pada tiang penyangga balkon. Menatap punggung
namja yang berada beberapa langkah didepannya. Eunhyuk menghela napasnya.
“Aku
hanya tak ingin membuat semua ini semakin sulit Hae-ah”
“Tapi
kau mengorbankan perasaan ku” Donghae berbalik. Ia memasukkan tangannya pada
saku celana. Menatap lawan bicaranya dalam.
“Kau
pikir bagaimana perasaan ku saat itu?”
Eunhyuk
mengadahkan kepalanya. Ia menarik napas dalam dalam.
“Seandainya
aku dapat memilih. Ya.. Seandainya” Eunhyuk berucap lirih di akhir kalimatnya.
Ia
menatap Donghae. Pandangannya sulit diartikan. Lama bertatap mata. Eunhyuk
memutuskan pandangannya.
“Sudahlah..
ini peresmian cabang perusahaanmu. Lebih baik kau turun sekarang. Banyak
investor penting dibawah sana” Eunhyuk hendak melangkah. Sebelum Donghae
menarik tangannya.
“Bolehkah
aku mencium mu?” mohon Donghae.
Eunhyuk
mengalihkan pandangannya. “Aku tak ingin kau melukai tunanganmu”
“Aku
tak memiliki perasaan apapun terhadapnya”
“Setidaknya
kau jangan kecewakan umma mu. Bersikaplah sebagaimana seorang pria terhadap
tunangannya seharusnya Hae”
“Aku
masih mencintaimu Hyuk”
Eunhyuk melepas genggaman tangan Donghae
lembut. Ia mensejajarkan wajahnya dengan Donghae.
“Jangan
menyakitinya. Ia bahkan tak tahu apapun. Kau tahu sendiri semua ini mereka yang
mengatur” Eunhyuk berujar lirih.
Lama
donghae terdiam. Hingga,
“Baik.
Aku akan mencoba merelakanmu. Tapi biarkan aku mencium mu.. untuk yang
terakhir”
Eunhyuk
tersenyum, ia mendekatkan wajahnya pada Donghae. Mata keduanya tertutup
perlahan. Menikmati ciuman lembut sebagai salam perpisahan antar kedua nya.
Donghae menyudahi ciuman mereka. Ia menatap Eunhyuk sendu.
“Berjanjilah
kau akan bersamaku di kehidupan selanjutnya”
“Ne...
Di kehidupan selanjutnya aku akan menjadi wanita mu Hae”
Mereka
menjauhkan tubuhnya. Saling mendalami mata lawannya. Meresapi perasaan yang
selama ini mereka rasakan. Mengucapkan kata cinta dari pandangan masing masing.
Keduanya tersenyum. Mencoba merelakan takdir yang ada.
“Sampaikan
salamku untuk istrimu Hyuk-ah”
“Ne.
Aku juga titip salam untuk tunanganmu Hae-ah”
Selepas
malam ini. Mereka akan pergi. Saling memunggungi. Menatap masa depan tanpa
sedikitpun melihat masa lalu yang tertinggal. Walau jauh disana masa lalu itu
tak akan pernah dihapus dari ingatan keduanya.
Aku tahu kita bukan
berakhir. Meski takdir memisahkan kita aku akan tetap mencintaimu. Meski kita
telah menjalani hidup masing masing. Aku akan selalu mencintaimu.
Donghae
terdiam dikamarnya. Meski tatapannya mengarah pada televisi yang menyala
didepannya namun jiwanya tak berada disana. Pandangannya kosong. Entah apa yang
ia pikirkan saat ini.
Cklek
Donghae
mengalihkan pandanganya pada seseorang yang membuka pintu kamar. Ia tersenyum
tipis.
“Hai”
Yeoja dengan rambut coklat sebahu itu mengulas senyum.
“Kemarilah”
Donghae menggeser duduknya. Menepuk tempat kosong di sebelahnya.
Yeoja
itu berjalan mendekati Donghae. Tak mengindahkan ajakan Donghae, Ia duduk di
tepian ranjang.
“Ada
apa?” Donghae menatap yeoja itu lembut.
Yeoja
itu tersenyum, ia menggelengkan kepalanya.
“Anak
anak sudah tidur?” pertanyaan Donghae dibalas sebuah anggukkan kecil.
“Aku
ingin bertanya sesuatu” Ucap yeoja itu. Ia memandang lurus pintu kamar mereka.
“Apa
yang ingin kau tanyakan?”
“Sebelumnya
aku ingin kau untuk jujur. Apapun itu.” Donghae menautkan alisnya. Ia merasa
janggal akan ucapan yeoja disebelahnya itu.
Yeoja
yang berstatus istrinya itu beralih menempati sisi ranjang disebelah Donghae.
Ia memeluk Donghae dan bersandar pada bahu sang suami.
“Apa
kau mencintaiku?” tanyanya lirih.
Donghae
baru membuka mulutnya tapi suara lain menginterupsi.
“Kau
tak pernah mencintaiku kan?” Yeoja itu semakin memeluk Donghae
Donghae
membelakak. Sungguh ia tak pernah berpikir bahwa sang istri akan mengucapkan
hal ini. Ia menatap istri yang bersandar pada bahunya itu.
“Ak-“
“Ucapkan
yang sebenarnya” Sahut istrinya.
Donghae
menghela napasnya. Ia mengelus kepala istri nya lembut.
“Maafkan
aku Raemi-ah”
“Perasaan
seorang wanita selalu tepat Hae-ya”
Donghae
tak menjawab. Ia menunggu Raemi menyelesaikan ucapannya.
“Aku
tahu kau hanya menyayangiku. Tak lebih. Aku selalu tahu kau mencintai orang
lain. Meski kau selalu bersamaku. Meski kau selalu memperlakukanku dengan penuh
kasih sayang.
Meski
kau bersikap sebagai suami yang baik untukku, ayah yang baik bagi anak anak.
Tapi aku tahu hatimu bukanlah milikku. Jiwamu tak sepenuhnya bersama ku.
Mencoba seberapa keras pun aku tak mampu membuatmu mencintaiku. Aku tahu itu”
“Ma-maafkan
aku” Donghae tercekat. Ia menatap serba salah pada Raemi. Istri yang telah
bersamanya selama 4 tahun terakhir ini.
“Kau
yeoja yang baik Raemi-ah. Kau seorang ibu yang sempurna. Kau mencintaiku dengan
tulus. Aku telah mencoba semampu ku agar dapat membalas perasaanmu
Tapi
maafkan aku. Maafkan aku yang tak bisa mencintaimu. Maafkan aku yang hanya bisa
menyayangimu. Maafkan aku melukaimu”
Raemi
mengulum senum. Meski matanya berkaca kaca. Ia tak sedikitpun menumpahkan air
matanya dalam pelukan sang suami. Ia mengusap wajah Donghae.
“Aku
baik baik saja. Aku sudah cukup bahagia dengan menjadi pendamping hidupmu”
“Aku
tahu kau kecewa”
“Hanya
ada namja itu dihatimu. Aku tak mungkin memaksakan perasaanku padamu Hae”
Donghae
tersenyum iba. “Aku benar benar minta maaf”
“Gwaenchana.
Aku hanya ingin menanyakan hal yang megusikku selama ini”
“Gomawo”
Donghae mengecup kening Raemi lembut.
Yeoja
itu tersenyum. Ia menarik selimut, menyamankan tubuhnya disamping sang suami.
Memejamkan matanya menjemput sang mimpi.
Donghae
membaringkan tubuhnya menghadap langit langit kamar. Ia tersenyum kecil.
‘Bahkan
istriku tahu aku masih mencintaimu Hyuk’
Donghae
menghembuskan napasnya. Ia memejamkan mata. Melupakan kesesakan hatinya sejenak
sebelum sang fajar tiba.
Sayang aku hanya ingin kau
membuka matamu. Melihat jika diluar sana tak ada yang seperti kita. Disana tak
ada yang seperti kau dan aku. Tapi aku akan tetap menjalani semuanya.
Aku akan tetap menanti.
Menanti hari dimana kita dapat bersama. Meski itu bukan didunia ini. Dunia yang
melarang hubungan kita. Dunia yang menganggap kita sebuah kesalahan. Dunia yang
memandang kita dengan sebelah mata.
.
.
.
END
14/04/15
Terinspirasi
dari lagunya JB yang nothing like us. Entah kenapa hasilnya seperti ini. No
comment ah~
Budayakan
meninggalkan jejak:D

